Penggunaan film fotografi dipelopori oleh George Eastman, dimulai dari kertas film manufaktur pada 1885 sebelum beralih ke seluloid pada tahun 1889. Kamera pertamanya, yang ia disebut “Kodak,” pertama kali ditawarkan untuk dijual pada tahun 1888. Itu adalah kotak kamera yang sangat sederhana dengan lensa fixed-focus dan kecepatan rana tunggal, dengan harga yang relatif rendah.
Pada tahun 1900, Eastman mengambil pasar massal fotografi satu langkah lebih jauh dengan Brownie, kotak kamera sederhana dan sangat murah yang memperkenalkan konsep snapshot.
7. Compact Camera dan Canon.
Oskar Barnack, yang bertanggung jawab atas penelitian dan pengembangan di Leitz, memutuskan untuk menyelidiki dengan menggunakan 35 mm film cine untuk kamera dalam percobaannya untuk membangun sebuah kamera kompak yang mampu membuat pembesaran berkualitas tinggi.
Dia membangun prototipe kamera 35 mm nya (Ur-Leica) sekitar tahun 1913, meskipun pengembangan lebih lanjut ditunda selama beberapa tahun akibat Perang Dunia I. Leitz diuji pasarkan antara tahun 1923 dan 1924. Kamera tersebut memperoleh respon sangat baik dari para konsumen sehingga para pesaing pun mulai bermunculan salah satunya adalah Canon yang dibuat oleh Jepang.
Pada tahun 1936 Canon 35 mm menjadi saingan berat, sebuah versi perbaikan dari prototipe Kwanon 1933. Kamera Jepang ini mulai menjadi populer di Barat setelah veteran Perang Korea dan tentara ditempatkan di Jepang membawanya kembali ke Amerika Serikat dan di beberapa tempat lain.
TLRs, SLRs dan Nikon.
Kamera pertama dengan refleks praktis dibuat oleh Franke & Heidecke Rolleiflex media dengan nama TLR tahun 1928. Meskipun secara single twin-lens reflex kamera ini tersedia selama beberapa dekade, dengan kepopuleran yang cukup lama.
Sebuah revolusi serupa di desain SLR dimulai pada tahun 1933 dengan pengenalan Ihagee Exakta, SLR kompak yang digunakan 127 rollfilm. Hal ini diikuti tiga tahun kemudian oleh penemu barat pertamakali dengan SLR menggunakan film 35mm, yang Kine Exakta.
Pada tahun 1952 Asahi Optical, perusahaan yang kemudian menjadi terkenal untuk kamera Pentax memperkenalkan SLR Jepang pertama menggunakan film 35mm, yang disebut Asahiflex. Beberapa pembuat kamera Jepang lainnya juga memasuki pasar SLR pada 1950-an, termasuk Canon, Yashica, dan Nikon.
Nikon masuk pasaran dengan nama Nikon F, denga kualitas hasil potret yang sanga baik dan membuatnya populer. Seri F bersama dengan seri sebelumnya S dari kamera pengintai tersebut membuat reputasi Nikon sebagai pembuat peralatan profesional berkualitas.
Kamera Analog.
Kamera analog mulai muncul pada tahun 1981 dari Sony Mavica (Magnetic Video Camera). Ini adalah kamera analog, yang mencatat sinyal pixel terus menerus, sebagai mesin rekaman video.
Kamera elektronik Analog berikutnya ditahun 1986 adalah Canon RC-701. Canon pertama kali menjadi kamera untuk memotret Olimpiade 1984, mencetak foto Yomiuri Shinbun, dalam surat kabar Jepang. Di Amerika Serikat, publikasi pertama yang menggunakan kamera ini untuk reportase nyata dalam USA Today, untuk pertandingan Bisbol World Series.
Namun ternyata kamera analog kurang mendapat respon baik karena beberapa faktor seperti biaya mahal (hingga US $ 20.000), kualitas gambar yang buruk dibandingkan dengan film, dan kurangnya printer terjangkau berkualitas.
Kamera elektronik analog pertama dipasarkan ke konsumen mungkin Canon RC-250 Xapshot pada tahun 1988. Sebuah kamera analog terkenal diproduksi pada tahun yang sama adalah Nikon QV-1000C, dirancang sebagai kamera pers dan tidak ditawarkan untuk dijual kepada pengguna umum, yang dijual hanya beberapa ratus unit. Dapat merekam dalam skala abu-abu, dan kualitas di cetak surat kabar sama dengan kamera film. Dalam penampilan itu mirip digital single-lens reflex kamera modern. Gambar yang disimpan pada disket video.
Kamera Format Besar
Disebut kemera format besar karena ukuran dari kamera ini memang besar. Ukurannya kira-kira setara dengan kamera pada masa Leonardo da Vinci yaitu sebesar televisi atau radio. Kamera ini menggunakan film dalam ukuran besar dan berupa lembaran bukan dalam bentuk gulungan. Karena ukurannya yang amat besar ini, kamera ini digunakan hanya untuk membidik objek yang tidak banyak bergerak. Kaca pembidik terletak di belakang kamera. Fungsinya adalah untuk melihat objek dan tempat untuk meletakan film saat memotret. Hasil foto dari kamera format besar sangat bagus dan tajam. Ukurannya foto yang dihasilkan bisa dibesarkan hingga seukuran papan reklame tanpa mengurangi kualitas dan mutu gambar. Jenis kamera ini sering juga disebut view camera.
Beberapa dasawarsa pada awal fotografi, pembesaran foto sulit dilakukan dan mahal. Hasilnya pun terkadang tidak memuaskan, hasilnya hanya gambaran yang serba kabur. Banyak pemotret yang menggunakan kamera besar. Dan selalu saja kamera yang lebih besar dibuat bila ada permintaan untuk membuat foto yang semakin besar. Salah satu kamera yang amat besar adalah yang dibuat oleh C. Thurston Thompson, seorang fotografer Inggris pada tahun 1858. Spesialisasi Thompson adalah membuat foto reproduksi karya seni. Kamera Thompson panjangnya sekitar 3,6 meter untuk membuat foto sebesar 91 cm persegi. Namun kamera terbesar dibuat di Amerika Serikat sekitar tahun 1900 dan dinamakan “the Mammoth”. Kamera ini dirancang untuk para pejabat perusahaan kereta api “Chicago and Alton Railroad Company” yang bermaksud membuat satu foto yang sempurna dari kereta api mewah mereka yang baru. Setelah tugas itu selesai, nasib kamera Mammoth mirip makhluk prasejarah yang namanya digunakan. Kamera itu lenyap tak pernah dibuat lagi, korban dari kebesaran ukurannya yang membuatnya serba kaku untuk dipindah-pindah.
Kamera Format Sedang
Kamera jenis ini merupakan perkembangan dari kamera format besar. Perubahan yang paling menonjol jika dibandingkan dengan kamera sebelumnya adalah pada bentuknya yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan semakin mudahnya kamera dibawa kemana-mana. Film yang digunakan juga berukuran lebih kecil. Selain itu film juga tidak dalam bentuk lembaran lagi, namun sudah dalam bentuk roll atau gulungan. Tempat bidikan juga mengalami perubahan yaitu diletakan di atas kamera. Film yang sebelunya dijadikan satu dengan tempat bidikan tetap ditempatkan sendiri di belakang kamera. Terdapat perubahan pula dari segi cermin refleksi. Jika kamera sebelumnya masih belum ada, pada kamera jenis ini sudah ada. Proyeksi lensa tidak terbalik melainkan terlihat apa adanya seperti mata melihat langsung.
Kamera format kecil (SLR-35mm)
Kamera ini merupakan perkembangan selanjutnya dari kamera-kamera sebelumnya. Bentuk dari kamera ini lebih kecil dan film yang digunakan berformat film bioskop 35mm. Kamera ini dibuat dengan menggunakan sistem pencari ketajaman range finder, yaitu menggabungkan dua proyeksi lensa dari objek yang diabadikan. Oleh karena itu kamera ini disebut kamera range finder. Untuk memudahkan mencari ketajaman, dibuat penta prisma di bagian atas kamera. Penta prisma sendiri adalah lima cermin berbentuk prisma yang berfungsi merefleksikan kembali mirror ke kaca pembidik. Kamera SLR-35mm adalah kamera yang banyak digunakan baik untuk pemotretan dalam maupun luar studio. Pada masa sekarangpun format kamera ini masih digunakan di beberapa kamera digital
Kamera istimewa
Melihat namanya yang memakai istilah istimewa, kamera ini memang memiliki keistimiwaan cara kerja yang berbeda dengan kamera lainnya. Kamera ini tidak mengunakan tombol kecepatan dan diafragma. Para fotografer tinggal mengklik tombol kamera dan foto akan jadi. Kamera ini juga tidak mempunyai fokus karena sudah dirancang sedemikian rupa untuk mengatur fokus di berbagai jarak. Hasilnya adalah gambar yang tajam kecuali pada jarak kurang dari satu meter. Beberapa contoh dari kamera jenis ini adalah kamera saku, kamera bawah air, kamera langsung jadi, kamera kedokteran dan sebagainya.
Kamera Polaroid
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.
Kamera Saku
Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (
viewfinder) dengan lensa.
Kamera Advance Photo System
Ciri utama dari kamera ini adalah film yang digunakan sama dengan film kamera 35 mm. Perbedaan yang ada hanya pada ukuran film ynag lebih kecil, begutu pula dengan bentuk kameranya. Hasil kamera advance photo system(APS) berbeda dengan hasil foto kamera 35 mm. Jika kamera 35 mm berupa negatif dan untuk memperoleh hasil positifnya harus dicetak maka hasil foto kamera APS hanya positif saja. Tetapi hasil foto itu tidak ditaruh dalam bingkai-bingkai kecil seperti halnya film positif(slide) kamera 35 mm, melainkan digulung kembali dalam wadahnya. Hasil foto kamera APS ini terbilang sangat bagus karena film terlindungi dalam kaset. Namun kekurangannya adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk kamera dan film relatif mahal.
Kamera Digital
Kamera ini adalah perkembangan jenis kamera paling mutakhir dan masih digunakan sebagai ujung tombak dalam hal fotografi. Keutamaan dari kamera ini adalah adanya memory penyimpanan dalam bentuk digital yang terbuat dari unsur kimia. Data digital mudah dipindahkan dan bisa memuat banyak foto. Cara kerja kamera ini ada pada CCD yang menyerap cahaya dari objek yang dibidik. Disini cahaya diubah menjadi titik-titik yang jumlahnya mencapai ribuan, bahkan jutaan. Titik itu kemudian membentuk suatu foto. Jika titik yang didapat banyak dan rapat, maka gambar akan bagus dan padat, begitu juga sebalinya. Jumlah titik ini ditentukan oleh resolusi kamera.
Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar
LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda.
Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.
Jika kita memperhatikan perubahan jenis kamera dari yang paling sederhana hingga yang paling modern, maka terdapat perubahan dalam alat teknologi fotografi. Namun pada dasarnya, prinsip fotografi tetap sama. Perubahan yang tampak sederhana ini membawa dampak teknis yang besar di kehidupan masa kini.
Kamera Ponsel
Kamera ponsel ini menjadi trend teknologi modern yang menjadi salah satu faktor dalam kesuksesan pemasaran smartphone dengan kualitas potret dan rekaman yang beragam dengan penawaran harga termurah hingga paling mahal.
Nama: Emi Ariningsih
Kelas: X Tmm A
No.absn: 18